PEKAN BUDAYA TIONGHOA YOGYAKARTA 2018



Imlek merupakan perayaan tahun baru seperti halnya pada perayaan tahun baru masehi atau tahun baru hijriah dalam umat Islam. Tahun baru untuk warga Tionghoa ini dirayakan setiap tahunnya, berdasarkan perhitungan kalender tahun China. Pada perayaan ini banyak sekali tradisi yang dilakukan oleh orang-orang keturunan Tionghoa. Biasanya mereka melakukan perayaan di rumah kerabat, di restaurant di kelenteng atau yang lebih meriah di tempat-tempat keramaian. Tidak terkecuali di kota Yogyakarta. Di jogja sendiri, wisatawan sudah mengerti dimana mereka akan mengunjungi tempat wisata disaat tahun baru imlek salah satunya adalah Kampung Pecinan yang sering disebut Kampung Ketandan.

Suasana pintu masuk kawasan Kampung Ketandan, Senin (27/2). Lengangnya kawasan Ketandan saat sore hari karena wisatawan yang datang ke Pekan Budaya Tionghoa lebih memilih berkunjung pada malam hari karena adanya panggung budaya dan juga banyak pedagang yang siap berjualan.



Ketandan menjadi salah satu objek vital bagi perkembangan perekonomian Kota Yogyakarta khususnya daerah Malioboro yang menjadi sentra perdagangan kota Yogyakarta. Lebih dari itu Ketandan sebenarnya menyimpan keunikan sejarah dan arsitekturnya yang sangat kental muatan Etnis Tionghoa.

Setiap tahunnya juga Ketandan juga menjadi lokasi vital perayaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta. Berbagai macam jenis budaya tionghoa turut meramaikan perayaan sepekan tersebut seperti budaya dan makanan khas Tionghoa.

Salah satu penjual di Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta, menjajakan Kue Keranjang, Senin (27/2). 
Kue Keranjang menjadi salah satu makanan yang dicari di Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta
 karena merupakan salah satu makanan khas imlek.





Kue keranjang adalah kue khas yang selalu disajkan pada saat perayaan imlek. Kue keranjang (ada juga yang menyebutnya dengan kue ranjang) dalam bahasa mandarin disebut juga dengan Nian Gao atau dalam dialek Hokkian disebut dengan Ti Kwe, yang diperoleh dari wadah cetakan kue yang berbentuk Keranjang. Kue ini terbuat dari tepung ketan dan gula yang menjadikan kue keranjang ini memiliki tekstur yang kenyal dan lengket.

Selain dari makanan salah satu sudut di ketandan turut memamerkan Wayang Potehi sebagai salah satu karya seni dari Tionghoa. Kata Potehi sebenarnya berasal dari kata serapan dialek Hokkian, yakni : poo (artinya kain), tay (artinya kantong), dan hie (artinya wayang). Sedangkan Wayang Potehi, terdiri dari 2 kata yaitu ‘wayang’ dan ‘potehi’; dari kata bahasa Indonesia dan dari kata serapan dialek Hokkian.

Bagian pintu masuk galeri Wayang Potehi menampilkan tokoh-tokoh mitologi dari Tionghoa seperti Sun Go Kong, Tong Sam Cong dan tokoh-tokoh mitologi lainnya, Senin (27/2)


Pengunjung galeri Wayang Potehi membaca sedikit sejarah dari masuknya Wayang Potehi ke Indonesia sebelum berkeliling galeri, Senin (27/2)



Di Ketandan sendiri terdapat dua panggung budaya untuk menyemarakkan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta. Panggung timur dipergunakan untuk perlombaan dan pertunjukkan besar sedangkan panggung barat dipergunakan untuk bernyanyi komunitas-komunitas.

Suasana panggung timur Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta, Senin (27/2). Panggung timur dipergunakan untuk perlombaan-perlombaan juga sebagai tempat untuk pertunjukkan besar seperti barongsai.

Suasana panggung barat Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta, Senin (27/2). Panggung barat diperuntukkan bagi komunitas-komunitas dan grup band yang ingin menyumbangkan lagu-lagu.


Pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta tahun ini tak kalah meriah dari tahun-tahun sebelumnya. Dimulai dari pukul 18.00 WIB sampai 21.00 WIB, arak-arakan berjalan mulai dari Taman Parkir Abu Bakar Ali menuju Alun-alun Utara Yogyakarta.

Atraksi salah satu partisipan pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakrata, Sabtu (24/2). Atraksi barongsai dari salah satu partisipan pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta berhasil memukau penonton yang memadati sepanjang Jalan Malioboro.

Penonton mengabadikan momen Pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta, Sabtu (24/2). Salah satu penonton mengabadikan momen Pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta dengan merekam rombongan yang lewat melalui smartphone nya agar bisa ditonton dilain waktu.

Ribuan lampion menghiasi Jalan Malioboro, Sabtu (24/2). Ribuan lampion nampak mempercantik suasana malam di Jalan Malioboro. Lampion-lampion cantik ini akan terpasang terus hingga perayaan Imlek berakhir.


Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2018 berlangsung mulai tanggal 24 Februari 2018 hingga 2 Maret 2018.



Komentar

Postingan Populer